Senin, 19 Oktober 2015

Rangkuman Keruntuhan Jurnalisme

  Rangkuman Keruntuhan Jurnalisme

Nama : Didam Sulivan
Nim   : 1571507407
Universitas Budi Luhur





BAB 1
INDIKATOR KERUNTUHAN JURNALISME

  A. JURNALISME BIAS


Harus diakui kepemimpinan gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau yang sering disapa Jokowi,unik dan fenomenal.Unik karena gaya kepemimpinan yang berbeda dengan mayoritas kepemimpinan yang ada mulai tingkat presiden,gubernur,walikota hingga bupati.Jokowi tidak segan meminta maaf kepada rakyat jika bersalah ia berkeliling meminta maaf pasca puasa Ramadhan.Disisi lain,para pemimpin negeri ini selalu apologiktik jika bersalah.bahkan ngotot tidak salah jika difonis bersalah oleh pengadilan.

Jokowi merupakan figure pemimpin yang rela berkotor dengan lumpur.Ia bukan sosok yang berada dimenara gading,tidak terpengaruh riuhnya wacana lisan dan omong besar seperti pejabat public lain.Jokowi tidak menyampaikanya dalam bentuk orasidan tulisan,tetapi turun langsung berkotor dengan lumpur,menyapa rakyat mendengar keluh kesah kaum duafa menyerap aspirasi wong cilik.

Tak kritis


Menurut teori jurnalistik,unik dan memiliki keluar biasaan merupakan 2 poin dari new value.Pembelaan yang sama diberikan media kepada jokowi ketika menjalankan program yang sensitive dan tidak biasa seperti lelang jabatan lurah dan camat.Semua koor setuju dengan kebijakan Jokowi.Seolah olah tidak angel berita yang lain.Disisi lain,media tidak menyentuh kebijakan jokowi yang menimbulkan kesemrautan dimonas,kemacetan yang bertambah,dan penghentian pembangunan jalan laying tanah abang dan kasablangka,misalnya.Sikap yang sama ditunjukan media dengan berbagai statement wakil gubernur Basuki Tjhahja Purnama atau Ahok yang nyaris selalu kontroversial.

Dalam konteks inilah bius keunikan dan keheatan Jokowi menimbulkan bias media.Dihadapan jokowi,media sudah bersikap tidak adil,meninggalkan karakter kekritisanya,menjadi anak mamah terhadap Jokowi,media lupa fungsi utamanya sebagai watchdog atau control terhadap kekuasaan.Bias dalam jurnalisme berarti ada kepentingan yang menjadi latar belakang liputan seseorang,termasuk jokowi,selain kepentingan jurnalisme itu sendiri.


B. Jurnalisme dan amplop besar


Pada 2 milis intitusi wartawan yang berbeda tertera undangan mengambil thr disalah satu instansi pemerintah.Singkat kata di 2 milis tersebut terjadi pro dan kontra.Inti dari milis tersebut adalah institusi pemerintah tersebut menyediakan thr untuk wartawan yang bertugas atau seharihari meliputi meliputu kegiatan di institusi pemerintah tersebut. Media adalah pengusaha yang bukan orang sabar dalam berinvestasi jangka panjang tetapi yang mencari keuntungan secepatnya dengan memanfaatkan kedekatan dengan kekuasaan. Dekat dengan kekuasaan, dengan dengan sumber dana. Untuk dekat kekuasaan politik perlu memiliki dalam bentuk dalam kekuasaan lain. Hari ini, kekuasaan lain yang sangat kuat adalah media. Oleh sebab itu jika kekuasaan politik dan kekuasaan media bersatu, bersinergis, maka uang dengan sendirinya akan mengalir. Inilah rumus sederhana pengusaha media. Iniliah penulis sebut dengan ‘Amplop Besar’ .

C.  Jurnalisme dan Budaya Copy Paste


Keinginan sekelompok wartawan itu menemukan momentumnya ketika ada peristiwa pembunuhan yang cukup menghebohkan disatu tempat yang kebetulan warwatan dari media besar tersebut tidak ikut ketempat kejaian perkara. Dalam konteks kerjasama dan berbagai informasi dilapangan sesame wartawan tidak ada yang salah. Yang menyimpang adalah penulis berita dengan tanpa usaha kecuali copy paste dari tulisan wartawan lain dengan hanya mengubah beberapa kata saja


D.Jurnalisme pembuat heboh

Disisi lain, kemajuan teknologi komunikasi juga mengakibatkan wartawan menjadi pemalas, menjadi sebuah berita bisa diselaikan melalui teknologi komunikasi dan informasi seperti telepon.

Konstruksi social media massa

Secara jelas Burhan Bungin menggambarkan konstruksi social media massa menurut Burhan Bungin ada 4 tahapan kelahiran konstruksi social media massa. Yaitu penyimpanan materi konstruksi, sebaran kontruksi, pembentukan kontruksi realitas dan konfirmasi.


Kontruksi berita


Sebuah berita disuatu media khususnya,surat kabar bukan hanya rangkaian fakta yang tersusun menjadi sebuah kalimat dan paragraph.Ia juga merupakan representasi dari pikiran dan sikap penulis dan asisten redaktur.Minimal segala latar budaya,pergaulan,dan pendidikan watrtawan sangat mempengaruhi bagaimana fakta dikontruksi menjdai berita.fakta yang ditulis sesungguhnya akan monoton saat dibaca dalam sebuah berita.

Dengan kata lain tidak ada teks media atau berita yang sepenuhnya objektif atau kumpulan fakta yang akan dijadikan data untuk sebuah tulisan.Ada selalu campur tangan fikiran dan sikap penulis atau editor dan kebijaksaan si penulis tersebut.


Pemilihan headline,kalimat,dan kata dalam sebuah berita yang disajikan tersebut kepada khalayaknya sepenuh ya tidak bebas nilai.Kebijakan redaksi terhadap suatu peristiwa bukan tertuang dalam editorial atau tajuk rencana,tetapi juga kepada arah berita.Berita inilah berpengaruh terhadap opini  pembaca dari tajuk rencana.Inilah disebut aart van zoest,seperti dikutip m.sobur,bahwa tidak ada teks yang tidak pernah lepas dari ideology dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu ideology.Hal ini bisa dimengerti karena setiap teks,percetajkan,atau apapun merupakan bentuk dari praktik ideology atau cerminan ideology tertentu.


Ada 3 pertimbangan sebuah peristiwa menjadi berita disurat kabar,yaitu ideologis,politis,dan bisnis.Pertimbangan ideologis terjadi karena factor pemilik atau nilai nuilai yang dikhayatinya.Pertimbangan politis berangkat dari kenyataan bahwa pers tidak terlepas dari kehidupan politik.Apalagi pers adalah disebut sebagai pilar ke 4 demokrasi.Ketiga pertimbngan itu juga berpengaruh pada sudut pandang berita.Disinilah kebijakan redaksi-biasanya melalui rapat proyeksi atau bajet berita menuntukan arah sebuah berita.

Makanya tidak ada berita yang netral,tuna ideology,dan tanpa kepentingan.sebab berita,seperti produk media lain,merupakan hasil seleksi dan rekronstuksi.Oleh sebab itu,setiap teks berita atau media dipastikan berpotensi mengandung bias media atau bias berita.



E.  Jurnalisme tanpa konfirmasi


Dalam perkembangan yang lebih maju,keseimbangan dalam berita bukan lagi bersandar pada cover both sides,tetapi sudahcover all size ataucover multisides.Artinya sebuah berita korupsi,yang dimuat media mau tidak mau,suka tidak suka harus ada konfirmasi.Tidak bisa ditawar.Ini sebagai cara satu satunya untuk menghindari berita fitnah,justifikasi,penghukuman,dan pembunuhan karakter seseorang.


Filter konseptual


Dalam kontek penyebutan teroris oleh media selayaknya khlayak aktif sehingga ia memiliki kata pakat komunikasi Aubre Fisher-filter konseptual.Menurut teori ini manusia bisa menyaring informasi yang diterima yang disodorkan oleh media.Pesan yang diberikan media tidakserta merta memengaruhi sikap dan perilaku khalayak.Sebab individu itu memiliki filter konsseptual atau daya tangkal untuk menyaring info tersebut.


Dengan memiliki filter konseptual ,masyarakat dalam istilah Raymond Bauer—menjadi khalakya kepala batu teori ini menyatakan khalayak adalah aktif dan sangat berdaya.Mereka tidak adalah kelompok masyarakat yang tidak terpengaryh media.mereka berkepa batu.Dengan dua konsep komunikasi diatas menunjukan media memang berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap khalakyak.Tetapi pengaruh tersebut disaring,deseleksi,dan diterima atau ditolak oleh filter konseptual.


F.  Jurnalisme,Adakah etika???


Menurut pakar komunikasi Ibnu Hamad,ada 3 strategi yang digunakan media untuk membuat wacana.Yaitu,signing framing,dan prining.Signing adalah penggunaan tanda tanda Bahasa,baik verbal maupun nonverbal,



BAB 2
PENYEBAB KERUNTUHAN JURNALISME

A. Postmodernisme

Dalam setiap pergantian era atau narasi kehidupan manusia selalu menimbulkan dan ditandai dengan kontoversi.Jika mengikuti 3 fase kehidupan manusia versi august comte peralihan zaman dari mistis ke metafisis diguncang oleh munculnya agama.

Istilah postmodernisme pertama kali diapingkan oleh pede riko di ONNIS pada 1930 andalam karyanya antologia de la koesia Es paanola amerika latin dan prancis.sejarahwan kondang Arnold toni bee menggunakan istilah ini dalam A brief history.Menurutnya,fase postmodernisme ditandai dalam gejilak,perang,revolusi,yang menimbulkan anarki,runtuhan rasianalitas,dan pencerahan.

Singkatnya latar belakang kemunculan postmodernisme dipicu modernism yang menyimpan kebobrokan akut keburukan itu terbongkar dan disebar luaskan oleh media.

Gejala postmodernisme.
Postmodernisme merupakan gerakan computer.Gerakan ini kuat dan modis.Dari sudut istilah postmodrnisme mengandung masalah.Ia menyimpan ambiginitas dan ketidak jelasan sosok.Salah satunya penggunaan imbuhan ‘’post’’ dan ‘’isme’’.Bila post digunakan ‘’sesudah’’ atau melepaskan diri.Pendekatan tersebut terlalu diametral,hitam putih.Dari sudut itu sesungguhnya postmodernisme bukan lari dari paradigma modern,tetapi modern yang radikal.

Cultural studies

Awalnya culture berarti pengolahan tanah.Perawatan dan perkembangan hewan ternak.Ia kemudian berkembang menjadi gagasan tentang keunik adat istiadat suatu masyarakat.
Cultural studies pertama muncul di birming ham,inggris melalu Birmingham center for countemporari cultural studies skitar 1950 an.Perintisnya adalah Richard houggar dan raimond wiliams,namun cultural studies menumakan kejayaanya di tangan stuard hall.

BAB III
KEMUNCULAN JURNALISME BARU

A. Jurnalisme dan Citizen Journalism

Citizen journalism merupakan gagasan yang ditemukan Jay Rosen, Pew Research Center, dan Poynter Intitute. Mereka meendiskusikan konsep jurnalistik untuk public yang bisa menyampaikan isu-isu yang penting bagi public. J.D. Lasica, memaparkan jurnalisme warga kedalam  lima tipe yaitu, situs we berita atau informasi independen, situs berita partisipatoris murni, situs media kolaboratif, bentuk lain dari media tipis, dan situs penyiara pribadi.

B. Jurnalisme dan Ideologi

Ideologi, menurut Raymond Williams seperti di kutip John Fiske digunaka dalam tiga perangkat. Yakni system keyakinan yang menandai kelas tertentu, kedua suatu system keyakinan illusioner, dan yang ketiga adalah proses umum produksi makna dan gagasan. Pendapat Williams tersebut hampir sama dengan pendapat Ali Syariati. Menurutnya, ideology sebagai cara memahami dan menerima alam semesta,kemaujudan dan manusia,  yang kedua cara memahami dan mengevaluasi segalan benda dan gagasan yang membetuk lingkaran social. Terakhir, menyodorka, usulan, metode, pendekatan, dan ideal untuk mengubah status quo yang tidak memuaskan.
Secara singkat John B. Thampson seperti dikutip M. Alfan Alfian menggambarkan ideology dalam table di bawah ini.

Tiga Perspektif Ideologi versi Thompson

Sebagai system
kepercayaan
Sebagai proyeksi sosial
Sebagai relasi sosial
-          Ideologi adalah orientasi tindakan yang berisi kepercayaan yang teroganisir dalam suatu system yang koheren

-          Ideologi adalah kumpulan kepercayaan dan ketidakpercayaan yang diekspresikan dalam kalimat-kalimat permohonan dan pernyataan explanatoris.

-          Ideologi adalah system symbol, varian bahasa, dan kode yang dielaborasi, yang kesemuanya itu dapat dilaksaakan tugasnya memobilisasi proyek public hanya diekspresikan melalui bahasa tulis, yang kritis rasional dan dapat dimengerti secara empiric.

-          Sebagai system kepercayaan, ideologi terbagi kedalam ideologi fundamental dan operatif
-          Ideologi membutuhkan kemunculan wacana politik yang baru, wacana yang menuntut tindakan tetapi tidak sekerdar menuntut melalui penggunaa otoritas atau tradisi atau retorika emotif.

-          Ideology adalah wacana yang didasarkan pad aide yang mendasari tidakan politik dalam teori sekuler dan rasional.

-          Ideology terpisah dari kesadaran mistis dan agama, ia menjustifikasi tindakan yang diinginkan melalui logika dan bukti.

-          Ideologi adalah system symbol, varian bahasa, dan kode yang dielaborasi, yang kesemuanya itu dapat dilaksaakan tugasnya memobilisasi proyek public hanya diekspresikan melalui bahasa tulis, yang kritis rasional dan dapat dimengerti secara empiric.

-          Ideologi adalah system ide-ide politik yang dapat diterapkan dengan kalkulasi politik.

-          Ideology terkait dengan kompleksitas praktik social yang tidak menyatu dengan system representasi yang memiliki signifikasi dan konsekuensi politik.


C.  Jurnalisme dan Konvergensi Media
                                                      
Konvergensi adalah perubahan teknologi, industry, budaya, dan social dalam lingkaran media termasuk didalamya budaya kita.
Internet yang semula diprediksi menjadi hantu penghancur medi cetak, kini justru menjadi dewa penyelamat. Kompas yang semula kita kenal sebagai Koran (kertas), kini berkonvergensi dengan kompas.com, kompas TV, e-paper kompas da sebagainya. Berarti digitalisasi media cetak adalah salah satu bentuk konvergensi media.


Jurnalistik Interpretatif

Konvergensi bukan hanya penyatuan konten-sebuah berita bisa mucul di berbagai media yang berada dalam satu perusahaan, tetapi juga penyatuan dalam satu induk perusahaan media. MNC group, contohnya menaugi RCTI, Global TV, MNC, Koran sindo, Okezon.com da sebagainya.

Model jurnalistik interpretative sudah tidak menggunakan pola piramida terbalik dalam menyajikan berit da konstruksi 6W + 1H (what, who, when, why, where, what dan How). Pola piramida terbalik ini menempatkan strata fakta dari yang paling penting hingga terbawah tidak penting. Sementara itu, Ia memakai model balok. Semua fakta yang disajikan penting. Makanya pola bukan 6W + 1H tetapi matriks 6W + 1H (dijelaskan dlam sub-bab juralisme dan pencarian core meaning).

D.Jurnalisme da Krisis Berita

Dengan teknologi yang ada saat ini yang merambah semua industri termasuk media, seperti apa bentuk media kita saat ini ?
                Yang pasti media-media besar akan makin ketinggalan dalam melaporkan berita dari seluruh duia. Media tak bisa bergerak vukup cepat dalam era yang serba terhubung betapapu berbakatnya jurnalis da wartawan lokal mereka serta segudang narasumber  yang mereka punyai. Justru kabar terbaru dunia akan terus-menerus datang dari media social seperti, facebook, twitter, jejaring terbuka yang memudahkan warga berbagi informasi secara langsung, luas, da dalam paket yang mudah diakses. Peran utama media menjad perujuk, pemelihara, da pemeriksa, semacam sarigan yang layak da tidak layak dibaca, dipahami serta dipercayai.

Jurnalisme dan Media Baru

Surat kabar awal dibidang sastra merupaka cikal bakal editorial atau tajuk rencaa pada sebuah media. Ia merupakan sikap resmi redaksi terhadap satu maslah. “Jurnalisme Sastra” dipraktikan kalanga menegah terdidik dan laki-laki kelas menemgah-keatas, yang berusaha untuk mempublikasikan refleksi rasional-kritis untuk mendidik pembaca.
                Bisis surat kabar mencapai puncak kejayaan pada abad ke-20. Selain memperoleh keuntungan yang besar, kora pun mempengaruhi kebijakan public dan memiliki suara dalam politik internasional. Tetapi pada akhir abad ke-20 da awal abad ke-21, hal ini mulai berubah. Oplah meurun tajam ddari tahun ketahun, pendapatan iklan turun juga. Pada saat bersama situs berita online melaporkan  jumlah pengunjung, dengan situs online. Itu tidak datang sebgai kejutan teori pembicaraan tetang krisis yang mendalam dalam juralisme, krisis dimana media baru terlibat langsung.

Krisis Jurnalistik

Gitlin menujukan krisis juenalisme ini dengan mengidentifikasi lima indicator. Yaitu, Jatuhnya sirkulasi, Jatuhnya pendapatan advertaising, Difusi perhatian, Krisis yang berwenang, dan
Ketidakmampuan atau keengganan jurnalisme memepertanyakan struktur kekuasaan semua berkontribusi untuk membawa krisis yang mendalam jurnalisme. Gitlin menyebutkan 5 krisis tersebut berkaita dengan waktu, uang, otonomi, da perubahan budaya.

Waktu dan Jurnalisme

waktu adalah abadi justru kren tidak bisa lagi dibagi, diukur dan terkotak da kedalam slot tertentu. Waktu selalu mejadi dimensi konstitutif berita sangat konsep ‘berita’ memerlukan konsepsi waktu, karena hanya peristiwa terbaru memenuhi syarat sebagai ‘berita’ .

Ada beberapa implikasi dan konsekuensi perubaha waktu untk jurnalisme. Yang paling penting menyangkut pergeseran dari jurnalisme sebagai penyelidikan atau analisis untuk jurnalisme sebagai publikasi langsung.

Internet dan Juralisme

Jadi apa hubungannya antara internet dan krisis juralisme? Hubungan antara internet dan jurnalisme pasti tampak nya mejadi satu masalah. Di satu sisi kita menemukan internet menampilkan sebagai katalis jika bukan penyebab yang sangat krisis (waktu, uang, da perubahan budaya semua karena munculnya media baru). Joe Bardoel (2002) menganggap internet akan mengarah pada pengembangan jenis baru pada jurnalisme, jurnalisme online, yang akan membuat penggunaan efektif atribut utama internet, yang menyebabkan pembaharuan jurnalisme. Interaktivitas, multimodality, hyperlink, dan sifat asynchronous berita da informasi online, menawarkan kemungkinan baru bagi jurnalisme. Meskipun Bardoel optimimis mengenai masadepan jurnalisme online, ia menunjukkan jurnalisme perlu merangkul dan memanfaatkan sepenuh nya atribut dari media baru. Pavlik (2001) menganggap internet merupakan restrukturisasi jurnalisme di empat dimensi. Pertama ia mengubah isi jurnalisme kedua keterampilan yang diperkukan bagi wartawan ketiga struktur organisasi berita da kantor berita, da akhirnya hubungan antara jurnalisme dan semua publiknya, termasuk orang-orang, das umber-sumbernya.

E.  Jurnalisme dan Pencaria Core Mining

Komunikasi mengenal dua madzhab. Yakni, aliran penyampaian pesan dan aliran pertukaran makna. Aliran penyampaian pesan adalah yang tertua. Elemen komunikasi pada madzhab penyampain pesan ini adalah media, noise, feedback, dan sebagainya. Madzhab ini di populerkan tokoh seperti James Carey dan John Fiske.

Kalau dalam komunikasi Mudzhab transmisi elemen pokonya adalah komunikator, pesan da komunikan. Sedangkan dalam madzhab semiotika yang mejadi elemen dasarnya adalah pengarang, teks budaya, dan pembaca. Beberapa langkah untuk menghasilkan makna, antara lain, pertama wartawan harus mengerti isu yang ingin ditulis/diproduksi sebelum menulis beita atau apa yang dibicarkan narasumber, kedua seelah memahami masalah dan isu, langkah selanjutnya adalah membuat lead(kepala berita) atau intro artikel yang memikat dan bisa jadi pengantar untuk pembaca supaya tertarik membaca lebih lanjut, kretiga buatlah skala, cara nya kita harus mengukur atau menghitung apakah hal tersebut pertama kalinya terjadi, tertingi dalam 10 atau 100 tahun terakhir, terbesar di Indonesia dan dunia tau sebagaianya, keempat perluasan cerita, yakni dengan memberikan contoh-contoh yang lebih luas atau ada kejadia yang seperti itu ditempat lain, kelima berilah kutipan yang menarik, jangan ambil semua materi wawancara untuk isi tulisan, keenam, berikan latar belakang darimana awal masalah atau apa perkembangan sebelumnya karea banyak diantara pembaca adalah yang pertamakali membaca berita kita, ketujuh, berilah kuliah singkat dega menerangkan sisi ilmiah. Aspek ini bisa diisi dengan menerangkan UU, peraturan, atau kamus, kedelapan, pastika antar paragrapf tidak saling menegasikan dan meninggalkan, harus ada kesinambungan, kesembilan, posisikan kita sebagai pembaca janga sebagai pembuat berita dan jujur, kesepuluh angka tidak meujukan apa-apa penyebutan angka tidak menunjukkan makna apapun, kesebelas, menulis pada tataran yang teknis bukan menulis prinsip-prinsip umum yang nomartif dan semua Koran sama, keduabelas, pastikan ada maka inti yang akan menghasilkan makna untuk publik yang ingin disampaikan dalam sebuah berita yang kita buat, ketigabelas, cover all (multi) sides, bukan both sides. Dalam jurnalisme sebagai pertukaran makna bukan cover bothsides yang di usung tetapi cover all(multi) sides cover both sides hanya cocok utuk jurnalisme yang menganut madhab perpindahan pesan atau aliran transmisi, keempatbelas, baca lagi tulisan yang sudah rampung atau selesai ini langkah terakhir dan harus dianggap sebgai poin terpentig.

F.   Jurnalisme dan Pertukaran Makna

Berita adalah tulisa,tayangan, atau siaran tentang fakta dari satu peristiwa atau kejadian yang dimuat atau disiarkan oleh media massa dengan mengguakan konstruksi 5W+1H. oleh sebab itu,  jika ada tulisan, tayangan, atau siaran tentang fakta dari satu peristiwa atau kejadian yang dimuat atau disiarkan oleh media social dengan menggunakan konstruksi 5W+1H ia buka berita. Prinsip 5W+1H ini berkembang menjadi 6W+1H denga penambahan keenam What Next. Konstruksi 6W+1Hbiasanya dilakukan oleh surat kabar dan Koran.

Jurnalisme dan Pertukaran Makna 

Makna terjadi karena ada tanda ada tiga jenis maka dalam sebuah proses komunikasi. Yaitu, makna si penutur, makna bagi si pendengar, dan makna yang melekat pada tada itu sendiri. Makna ketiga merujuk pada sifat yang irherent pada tanda tersebut sehingga diketahui apakah penggunaan kata dan gagasan tersebut tepat atau tidak. Makna itu bersifat relasional. Segala sesuatu akan bermakna jika memiliki hubungan dengan jenis yang dilekatkannya, hubungan tersebut bisa tersurat atau tersirat. Makna adalah hubunga sosaial yang dibangun oleh sinyal diantara sang emisor dan reseptor ketika tindakan semik sedang berlangsung.

G.Jurnalisme Interpretatif

Para petinggi surat kabar kemudian mencari model alternative penulisan untuk menyiasati perubahan pola berita ini sekaligus menyelamatkan jurnalisme surat kabar. Sebab, kalau bersaing dalam kecepatan, sudah tentu kalah dengan online, meskipun pernah ada yang menyiasati dua kali terbit pagi dan siang. Namun, dari segi biaya operasional sangat besar dan tidak menguntungkan.

Dari pemikiran itulah muncul jurnalisme interpretative. Sebuah model jurnalistik yang bebasis penafsiran terhadap fakta yang terdapat dalam sebuah peristiwa, suatu pengembangan dari sebuah peristiwa. Dibawah ini disajikan contoh model jurnalisme interpretative dalam kasus dugaan melibatkan ketua SKK Migas Rudi Rubiandini. Ia menjadi headline Koran tempo, Rabu Agustus 2013. Keempat Koran nasional tersebut adalah Koran tempo, kora sindo, kompas, dan media Indonesia.

Berita Sebagai Rekontruksi Realitas

Ada  3 pertimbangan sebuah peristiwa mejadi berita disurat kabar,yaitu ideologis,politis dan bisnis. Pertimbangan ideologis terjadi kara fator pemilik atau nilai ilai yag di khayatiya. Pertimbangan politis berangkat dari kenyataan bahwa pers tidak terrlepas dari kehidupan politik. Apalagi pers adalah sebagai pilar ke 4 deokrasi.sedangkan kepentinga bisnis berkaitan pemasukan dari iklan. Ke 3 pertimbangan itu juga berpengaruh pada sudut pandang berita.

Korupsi dan kekuasaan

Dalam konteks inilah sesungguhnya teori kekuasaa dan pengetahuan dari Michael foucoult meemukan kebenaranya. Menurut Foucault power produce knowledge,didefiisikan sebagai pihak yang berkuasalah yang membuat pengetahuan. Adanya hubungan antara kekuasaan dan pengetahuna secara langsung menjelaskan representasi dari hubungan ‘power knowledge’. Knowledge is power mengkontrol tatapan social politik. Dipihak yang bersebrangan adalah power is knowledge yang bermakna kekuasaan menumbuhkan pengetahuan.

Korupsi dan Komoditas Berita

Berdasarkan hasil survey Cirus Surveyors Group dan Indonesia Indikator terdapat missing point dalam penyerapan aspirasi rakyat oleh partai politik dan media, misalnya rakyat menginginkan perbaikan atau adanya jalan baru. Media tidak mewacanakan maslah tersebut. Media lebih memilih memberitakan politik. Dalam kata lain ada yang tidak nyambung antara benak public dan benak media.

Wacana, Jurnalisme, dan Pembingkaian

Bahasa merupakan dari sikap, pikiran, dan gagasan yang dimiliki seorang. Bahasa merupakan tanda yang merepresentasikan kekuasaan, gaya hidup, cara berpikir dan sebagainya.

Berita atau gagasan yang dilontarkan dan menjadi perbincangan halayak disebut wacana. Ibnu Hamad membedakan discourse dalam dua pengertian, pertama discourse yang melihat bagaimana Bahasa digunakan pada tempatnya untuk memerankan kegiatan aspek kebahasaan. Yang kedua discourse yang merangkai unsur deengan kecil bersama unsur non-linguistik untuk memeran kegiatan, pandangan, dan identitas.

Mendefinisikan wacana dalam dua bentuk. Yakni sebagai rentetan kalimat Yng saling berkaitan. Kedua, wacana sebagai kesatuan Bahasa yang tertinggi dan terlengkap.

Ada 3 strategi  yang digunakan dalam membuat wacana yaitu, signing, framing, dan priming.
Singning adalah penggunaan tanda-tanda Bahasa bauk verbal dan non verbal. Framing adalah pemilihan wacana berdasarkan pemihakan dalam berbagai aspek wacana sedangkan priming berarti mengatur ruang atau waktu untuk mempbulikasikan wacana dihadapan khalayak.

H.Jurnalis, Agama dan pertanggungjawaban

Agama memiliki dua peran mulia,privat dan public. Dibutuhkan garis pemisah yang tegas dari dua wilayah tersebut. Dimensi keyakinan dan ritual yang sangat subjektif adalah mutlak milik pribadi. Sedang dimensi moralitas,interaksi social,dan pengemba ngan masyarakat masuk diwilayah public.

Pertanggung jawaban

                Adalah 2 mbahnya jurnalistik,bilkovach,dan tomrosentiels,yang mendeklarasikan element utama jurnalis adalah pada pencarian kebenran. Ironisnya kebenaran adalah suatu yang abstrak dan sulit didefinisikan, dan cenderung kontroversial. Kebeneran sangat subjektif makanya untuk menghidari multi tafsir tentang kebenaran yang disodorkan,kovach dan rosentiels,menambahkan element ke 2 jurnalistik adalah loyalitas pertama jurnalisme adalah warga Negara.


Untuk menghindari ketidak jelasan element diatas, covach dan rosentiels menambahkan element ketiga yang lebih kongkrit,yaitu disiplin dalam melakukan verivikasi fakta. 3 element yang kemukan diatas merupakan bagian dari 9 elemen yang dikemukakan oleh rosentiels dan kovach.


Pers pancasila

Menurut pencetus teori pers pancasila,anwar arifin,teori ini memiliki beberapa ciri khas. Pertama,bersandar dan memiliki falsafa dasar sebagaimana Negara kita,pancasila. Yang kedua,pers pancasila adalah jembatan diantara semua teori pers. Ke tiga,perbedaan persoalan pertanggung jawaban


NARASUMBER ; BUKU KERUNTUHAN JURNALISME KARYA DUDI SABIL ISKANDAR