Rangkuman Keruntuhan Jurnalisme
Nama : Didam Sulivan
Nim : 1571507407
Universitas Budi Luhur
BAB 1
INDIKATOR
KERUNTUHAN JURNALISME
A. JURNALISME
BIAS
Harus diakui kepemimpinan gubernur DKI
Jakarta, Joko Widodo atau yang sering disapa Jokowi,unik dan fenomenal.Unik
karena gaya kepemimpinan yang berbeda dengan mayoritas kepemimpinan yang ada
mulai tingkat presiden,gubernur,walikota hingga bupati.Jokowi tidak segan
meminta maaf kepada rakyat jika bersalah ia berkeliling meminta maaf pasca
puasa Ramadhan.Disisi lain,para pemimpin negeri ini selalu apologiktik jika
bersalah.bahkan ngotot tidak salah jika difonis bersalah oleh pengadilan.
Jokowi merupakan figure pemimpin yang rela
berkotor dengan lumpur.Ia bukan sosok yang berada dimenara gading,tidak
terpengaruh riuhnya wacana lisan dan omong besar seperti pejabat public
lain.Jokowi tidak menyampaikanya dalam bentuk orasidan tulisan,tetapi turun
langsung berkotor dengan lumpur,menyapa rakyat mendengar keluh kesah kaum duafa
menyerap aspirasi wong cilik.
Tak kritis
Menurut teori jurnalistik,unik dan memiliki
keluar biasaan merupakan 2 poin dari new value.Pembelaan yang sama diberikan
media kepada jokowi ketika menjalankan program yang sensitive dan tidak biasa
seperti lelang jabatan lurah dan camat.Semua koor setuju dengan kebijakan
Jokowi.Seolah olah tidak angel berita yang lain.Disisi lain,media tidak
menyentuh kebijakan jokowi yang menimbulkan kesemrautan dimonas,kemacetan yang
bertambah,dan penghentian pembangunan jalan laying tanah abang dan
kasablangka,misalnya.Sikap yang sama ditunjukan media dengan berbagai statement
wakil gubernur Basuki Tjhahja Purnama atau Ahok yang nyaris selalu
kontroversial.
Dalam konteks inilah bius keunikan dan
keheatan Jokowi menimbulkan bias media.Dihadapan jokowi,media sudah bersikap
tidak adil,meninggalkan karakter kekritisanya,menjadi anak mamah terhadap
Jokowi,media lupa fungsi utamanya sebagai watchdog atau control terhadap
kekuasaan.Bias dalam jurnalisme berarti ada kepentingan yang menjadi latar
belakang liputan seseorang,termasuk jokowi,selain kepentingan jurnalisme itu
sendiri.
B. Jurnalisme
dan amplop besar
Pada 2 milis intitusi wartawan yang berbeda
tertera undangan mengambil thr disalah satu instansi pemerintah.Singkat kata di
2 milis tersebut terjadi pro dan kontra.Inti dari milis tersebut adalah
institusi pemerintah tersebut menyediakan thr untuk wartawan yang bertugas atau
seharihari meliputi meliputu kegiatan di institusi pemerintah tersebut. Media
adalah pengusaha yang bukan orang sabar dalam berinvestasi jangka panjang
tetapi yang mencari keuntungan secepatnya dengan memanfaatkan kedekatan dengan
kekuasaan. Dekat dengan kekuasaan, dengan dengan sumber dana. Untuk dekat
kekuasaan politik perlu memiliki dalam bentuk dalam kekuasaan lain. Hari ini,
kekuasaan lain yang sangat kuat adalah media. Oleh sebab itu jika kekuasaan
politik dan kekuasaan media bersatu, bersinergis, maka uang dengan sendirinya
akan mengalir. Inilah rumus sederhana pengusaha media. Iniliah penulis sebut
dengan ‘Amplop Besar’ .
C. Jurnalisme
dan Budaya Copy Paste
Keinginan sekelompok wartawan itu menemukan
momentumnya ketika ada peristiwa pembunuhan yang cukup menghebohkan disatu
tempat yang kebetulan warwatan dari media besar tersebut tidak ikut ketempat
kejaian perkara. Dalam konteks kerjasama dan berbagai informasi dilapangan
sesame wartawan tidak ada yang salah. Yang menyimpang adalah penulis berita
dengan tanpa usaha kecuali copy paste dari tulisan wartawan lain dengan hanya
mengubah beberapa kata saja
D.Jurnalisme pembuat heboh
Disisi lain, kemajuan teknologi komunikasi
juga mengakibatkan wartawan menjadi pemalas, menjadi sebuah berita bisa
diselaikan melalui teknologi komunikasi dan informasi seperti telepon.
Konstruksi social media massa
Secara jelas Burhan Bungin menggambarkan
konstruksi social media massa menurut Burhan Bungin ada 4 tahapan kelahiran
konstruksi social media massa. Yaitu penyimpanan materi konstruksi, sebaran
kontruksi, pembentukan kontruksi realitas dan konfirmasi.
Kontruksi
berita
Sebuah berita disuatu media khususnya,surat
kabar bukan hanya rangkaian fakta yang tersusun menjadi sebuah kalimat dan
paragraph.Ia juga merupakan representasi dari pikiran dan sikap penulis dan
asisten redaktur.Minimal segala latar budaya,pergaulan,dan pendidikan watrtawan
sangat mempengaruhi bagaimana fakta dikontruksi menjdai berita.fakta yang
ditulis sesungguhnya akan monoton saat dibaca dalam sebuah berita.
Dengan kata lain tidak ada teks media atau
berita yang sepenuhnya objektif atau kumpulan fakta yang akan dijadikan data
untuk sebuah tulisan.Ada selalu campur tangan fikiran dan sikap penulis atau
editor dan kebijaksaan si penulis tersebut.
Pemilihan headline,kalimat,dan kata dalam
sebuah berita yang disajikan tersebut kepada khalayaknya sepenuh ya tidak bebas
nilai.Kebijakan redaksi terhadap suatu peristiwa bukan tertuang dalam editorial
atau tajuk rencana,tetapi juga kepada arah berita.Berita inilah berpengaruh
terhadap opini pembaca dari tajuk
rencana.Inilah disebut aart van zoest,seperti dikutip m.sobur,bahwa tidak ada
teks yang tidak pernah lepas dari ideology dan memiliki kemampuan untuk
memanipulasi pembaca kearah suatu ideology.Hal ini bisa dimengerti karena
setiap teks,percetajkan,atau apapun merupakan bentuk dari praktik ideology atau
cerminan ideology tertentu.
Ada 3 pertimbangan sebuah peristiwa menjadi
berita disurat kabar,yaitu ideologis,politis,dan bisnis.Pertimbangan ideologis
terjadi karena factor pemilik atau nilai nuilai yang dikhayatinya.Pertimbangan
politis berangkat dari kenyataan bahwa pers tidak terlepas dari kehidupan
politik.Apalagi pers adalah disebut sebagai pilar ke 4 demokrasi.Ketiga
pertimbngan itu juga berpengaruh pada sudut pandang berita.Disinilah kebijakan
redaksi-biasanya melalui rapat proyeksi atau bajet berita menuntukan arah
sebuah berita.
Makanya tidak ada berita yang netral,tuna
ideology,dan tanpa kepentingan.sebab berita,seperti produk media lain,merupakan
hasil seleksi dan rekronstuksi.Oleh sebab itu,setiap teks berita atau media
dipastikan berpotensi mengandung bias media atau bias berita.
E. Jurnalisme
tanpa konfirmasi
Dalam perkembangan yang lebih maju,keseimbangan
dalam berita bukan lagi bersandar pada cover both sides,tetapi sudahcover all
size ataucover multisides.Artinya sebuah berita korupsi,yang dimuat media mau
tidak mau,suka tidak suka harus ada konfirmasi.Tidak bisa ditawar.Ini sebagai
cara satu satunya untuk menghindari berita fitnah,justifikasi,penghukuman,dan
pembunuhan karakter seseorang.
Filter konseptual
Dalam kontek penyebutan teroris oleh media
selayaknya khlayak aktif sehingga ia memiliki kata pakat komunikasi Aubre
Fisher-filter konseptual.Menurut teori ini manusia bisa menyaring informasi
yang diterima yang disodorkan oleh media.Pesan yang diberikan media tidakserta
merta memengaruhi sikap dan perilaku khalayak.Sebab individu itu memiliki
filter konsseptual atau daya tangkal untuk menyaring info tersebut.
Dengan memiliki filter konseptual ,masyarakat
dalam istilah Raymond Bauer—menjadi khalakya kepala batu teori ini menyatakan
khalayak adalah aktif dan sangat berdaya.Mereka tidak adalah kelompok
masyarakat yang tidak terpengaryh media.mereka berkepa batu.Dengan dua konsep
komunikasi diatas menunjukan media memang berpengaruh terhadap pengetahuan dan
sikap khalakyak.Tetapi pengaruh tersebut disaring,deseleksi,dan diterima atau
ditolak oleh filter konseptual.
F. Jurnalisme,Adakah
etika???
Menurut pakar komunikasi Ibnu Hamad,ada 3
strategi yang digunakan media untuk membuat wacana.Yaitu,signing framing,dan
prining.Signing adalah penggunaan tanda tanda Bahasa,baik verbal maupun
nonverbal,
BAB 2
PENYEBAB KERUNTUHAN JURNALISME
A. Postmodernisme
Dalam setiap
pergantian era atau narasi kehidupan manusia selalu menimbulkan dan ditandai
dengan kontoversi.Jika mengikuti 3 fase kehidupan manusia versi august comte
peralihan zaman dari mistis ke metafisis diguncang oleh munculnya agama.
Istilah
postmodernisme pertama kali diapingkan oleh pede riko di ONNIS pada 1930
andalam karyanya antologia de la koesia Es paanola amerika latin dan
prancis.sejarahwan kondang Arnold toni bee menggunakan istilah ini dalam A
brief history.Menurutnya,fase postmodernisme ditandai dalam
gejilak,perang,revolusi,yang menimbulkan anarki,runtuhan rasianalitas,dan
pencerahan.
Singkatnya
latar belakang kemunculan postmodernisme dipicu modernism yang menyimpan
kebobrokan akut keburukan itu terbongkar dan disebar luaskan oleh media.
Gejala
postmodernisme.
Postmodernisme
merupakan gerakan computer.Gerakan ini kuat dan modis.Dari sudut istilah
postmodrnisme mengandung masalah.Ia menyimpan ambiginitas dan ketidak jelasan
sosok.Salah satunya penggunaan imbuhan ‘’post’’ dan ‘’isme’’.Bila post
digunakan ‘’sesudah’’ atau melepaskan diri.Pendekatan tersebut terlalu
diametral,hitam putih.Dari sudut itu sesungguhnya postmodernisme bukan lari
dari paradigma modern,tetapi modern yang radikal.
Cultural
studies
Awalnya
culture berarti pengolahan tanah.Perawatan dan perkembangan hewan ternak.Ia
kemudian berkembang menjadi gagasan tentang keunik adat istiadat suatu
masyarakat.
Cultural
studies pertama muncul di birming ham,inggris melalu Birmingham center for
countemporari cultural studies skitar 1950 an.Perintisnya adalah Richard
houggar dan raimond wiliams,namun cultural studies menumakan kejayaanya di
tangan stuard hall.
BAB III
KEMUNCULAN JURNALISME BARU
A.
Jurnalisme dan Citizen Journalism
Citizen
journalism merupakan gagasan yang ditemukan Jay Rosen, Pew Research Center, dan
Poynter Intitute. Mereka meendiskusikan konsep jurnalistik untuk public yang
bisa menyampaikan isu-isu yang penting bagi public. J.D. Lasica, memaparkan
jurnalisme warga kedalam lima tipe
yaitu, situs we berita atau informasi independen, situs berita partisipatoris
murni, situs media kolaboratif, bentuk lain dari media tipis, dan situs
penyiara pribadi.
B.
Jurnalisme dan Ideologi
Ideologi,
menurut Raymond Williams seperti di kutip John Fiske digunaka dalam tiga
perangkat. Yakni system keyakinan yang menandai kelas tertentu, kedua suatu
system keyakinan illusioner, dan yang ketiga adalah proses umum produksi makna
dan gagasan. Pendapat Williams tersebut hampir sama dengan pendapat Ali
Syariati. Menurutnya, ideology sebagai cara memahami dan menerima alam
semesta,kemaujudan dan manusia, yang
kedua cara memahami dan mengevaluasi segalan benda dan gagasan yang membetuk
lingkaran social. Terakhir, menyodorka, usulan, metode, pendekatan, dan ideal
untuk mengubah status quo yang tidak memuaskan.
Secara
singkat John B. Thampson seperti dikutip M. Alfan Alfian menggambarkan ideology
dalam table di bawah ini.
Tiga Perspektif Ideologi versi Thompson
Sebagai
system
kepercayaan
|
Sebagai
proyeksi sosial
|
Sebagai
relasi sosial
|
-
Ideologi adalah orientasi tindakan yang
berisi kepercayaan yang teroganisir dalam suatu system yang koheren
-
Ideologi adalah kumpulan kepercayaan
dan ketidakpercayaan yang diekspresikan dalam kalimat-kalimat permohonan dan
pernyataan explanatoris.
-
Ideologi adalah system symbol, varian
bahasa, dan kode yang dielaborasi, yang kesemuanya itu dapat dilaksaakan
tugasnya memobilisasi proyek public hanya diekspresikan melalui bahasa tulis,
yang kritis rasional dan dapat dimengerti secara empiric.
-
Sebagai system kepercayaan, ideologi
terbagi kedalam ideologi fundamental dan operatif
|
-
Ideologi membutuhkan kemunculan wacana
politik yang baru, wacana yang menuntut tindakan tetapi tidak sekerdar
menuntut melalui penggunaa otoritas atau tradisi atau retorika emotif.
-
Ideology adalah wacana yang didasarkan
pad aide yang mendasari tidakan politik dalam teori sekuler dan rasional.
-
Ideology terpisah dari kesadaran mistis
dan agama, ia menjustifikasi tindakan yang diinginkan melalui logika dan
bukti.
-
Ideologi adalah system symbol, varian
bahasa, dan kode yang dielaborasi, yang kesemuanya itu dapat dilaksaakan
tugasnya memobilisasi proyek public hanya diekspresikan melalui bahasa tulis,
yang kritis rasional dan dapat dimengerti secara empiric.
|
-
Ideologi adalah system ide-ide politik
yang dapat diterapkan dengan kalkulasi politik.
-
Ideology terkait dengan kompleksitas
praktik social yang tidak menyatu dengan system representasi yang memiliki
signifikasi dan konsekuensi politik.
|
C.
Jurnalisme dan Konvergensi Media
Konvergensi
adalah perubahan teknologi, industry, budaya, dan social dalam lingkaran media
termasuk didalamya budaya kita.
Internet yang
semula diprediksi menjadi hantu penghancur medi cetak, kini justru menjadi dewa
penyelamat. Kompas yang semula kita kenal sebagai Koran (kertas), kini
berkonvergensi dengan kompas.com, kompas TV, e-paper kompas da sebagainya.
Berarti digitalisasi media cetak adalah salah satu bentuk konvergensi media.
Jurnalistik Interpretatif
Konvergensi
bukan hanya penyatuan konten-sebuah berita bisa mucul di berbagai media yang
berada dalam satu perusahaan, tetapi juga penyatuan dalam satu induk perusahaan
media. MNC group, contohnya menaugi RCTI, Global TV, MNC, Koran sindo,
Okezon.com da sebagainya.
Model
jurnalistik interpretative sudah tidak menggunakan pola piramida terbalik dalam
menyajikan berit da konstruksi 6W + 1H (what, who, when, why, where, what dan
How). Pola piramida terbalik ini menempatkan strata fakta dari yang paling
penting hingga terbawah tidak penting. Sementara itu, Ia memakai model balok.
Semua fakta yang disajikan penting. Makanya pola bukan 6W + 1H tetapi matriks
6W + 1H (dijelaskan dlam sub-bab juralisme dan pencarian core meaning).
D.Jurnalisme da Krisis Berita
Dengan
teknologi yang ada saat ini yang merambah semua industri termasuk media,
seperti apa bentuk media kita saat ini ?
Yang pasti media-media besar
akan makin ketinggalan dalam melaporkan berita dari seluruh duia. Media tak
bisa bergerak vukup cepat dalam era yang serba terhubung betapapu berbakatnya
jurnalis da wartawan lokal mereka serta segudang narasumber yang mereka punyai. Justru kabar terbaru dunia
akan terus-menerus datang dari media social seperti, facebook, twitter,
jejaring terbuka yang memudahkan warga berbagi informasi secara langsung, luas,
da dalam paket yang mudah diakses. Peran utama media menjad perujuk,
pemelihara, da pemeriksa, semacam sarigan yang layak da tidak layak dibaca,
dipahami serta dipercayai.
Jurnalisme dan Media Baru
Surat kabar
awal dibidang sastra merupaka cikal bakal editorial atau tajuk rencaa pada
sebuah media. Ia merupakan sikap resmi redaksi terhadap satu maslah.
“Jurnalisme Sastra” dipraktikan kalanga menegah terdidik dan laki-laki kelas
menemgah-keatas, yang berusaha untuk mempublikasikan refleksi rasional-kritis
untuk mendidik pembaca.
Bisis surat kabar mencapai puncak
kejayaan pada abad ke-20. Selain memperoleh keuntungan yang besar, kora pun
mempengaruhi kebijakan public dan memiliki suara dalam politik internasional.
Tetapi pada akhir abad ke-20 da awal abad ke-21, hal ini mulai berubah. Oplah
meurun tajam ddari tahun ketahun, pendapatan iklan turun juga. Pada saat
bersama situs berita online melaporkan
jumlah pengunjung, dengan situs online. Itu tidak datang sebgai kejutan
teori pembicaraan tetang krisis yang mendalam dalam juralisme, krisis dimana
media baru terlibat langsung.
Krisis Jurnalistik
Gitlin menujukan
krisis juenalisme ini dengan mengidentifikasi lima indicator. Yaitu, Jatuhnya
sirkulasi, Jatuhnya pendapatan advertaising, Difusi perhatian, Krisis yang
berwenang, dan
Ketidakmampuan
atau keengganan jurnalisme memepertanyakan struktur kekuasaan semua
berkontribusi untuk membawa krisis yang mendalam jurnalisme. Gitlin menyebutkan
5 krisis tersebut berkaita dengan waktu, uang, otonomi, da perubahan budaya.
Waktu dan Jurnalisme
waktu
adalah abadi justru kren tidak bisa lagi dibagi, diukur dan terkotak da kedalam
slot tertentu. Waktu selalu mejadi dimensi konstitutif berita sangat konsep
‘berita’ memerlukan konsepsi waktu, karena hanya peristiwa terbaru memenuhi
syarat sebagai ‘berita’ .
Ada
beberapa implikasi dan konsekuensi perubaha waktu untk jurnalisme. Yang paling
penting menyangkut pergeseran dari jurnalisme sebagai penyelidikan atau
analisis untuk jurnalisme sebagai publikasi langsung.
Internet dan Juralisme
Jadi
apa hubungannya antara internet dan krisis juralisme? Hubungan antara internet dan
jurnalisme pasti tampak nya mejadi satu masalah. Di satu sisi kita menemukan
internet menampilkan sebagai katalis jika bukan penyebab yang sangat krisis
(waktu, uang, da perubahan budaya semua karena munculnya media baru). Joe
Bardoel (2002) menganggap internet akan mengarah pada pengembangan jenis baru
pada jurnalisme, jurnalisme online, yang akan membuat penggunaan efektif
atribut utama internet, yang menyebabkan pembaharuan jurnalisme.
Interaktivitas, multimodality, hyperlink, dan sifat asynchronous berita da
informasi online, menawarkan kemungkinan baru bagi jurnalisme. Meskipun Bardoel
optimimis mengenai masadepan jurnalisme online, ia menunjukkan jurnalisme perlu
merangkul dan memanfaatkan sepenuh nya atribut dari media baru. Pavlik (2001)
menganggap internet merupakan restrukturisasi jurnalisme di empat dimensi.
Pertama ia mengubah isi jurnalisme kedua keterampilan yang diperkukan bagi
wartawan ketiga struktur organisasi berita da kantor berita, da akhirnya
hubungan antara jurnalisme dan semua publiknya, termasuk orang-orang, das
umber-sumbernya.
E.
Jurnalisme dan Pencaria Core Mining
Komunikasi
mengenal dua madzhab. Yakni, aliran penyampaian pesan dan aliran pertukaran
makna. Aliran penyampaian pesan adalah yang tertua. Elemen komunikasi pada
madzhab penyampain pesan ini adalah media, noise, feedback, dan sebagainya.
Madzhab ini di populerkan tokoh seperti James Carey dan John Fiske.
Kalau dalam
komunikasi Mudzhab transmisi elemen pokonya adalah komunikator, pesan da
komunikan. Sedangkan dalam madzhab semiotika yang mejadi elemen dasarnya adalah
pengarang, teks budaya, dan pembaca. Beberapa langkah untuk menghasilkan makna,
antara lain, pertama wartawan harus mengerti isu yang ingin ditulis/diproduksi
sebelum menulis beita atau apa yang dibicarkan narasumber, kedua seelah
memahami masalah dan isu, langkah selanjutnya adalah membuat lead(kepala
berita) atau intro artikel yang memikat dan bisa jadi pengantar untuk pembaca
supaya tertarik membaca lebih lanjut, kretiga buatlah skala, cara nya kita
harus mengukur atau menghitung apakah hal tersebut pertama kalinya terjadi,
tertingi dalam 10 atau 100 tahun terakhir, terbesar di Indonesia dan dunia tau
sebagaianya, keempat perluasan cerita, yakni dengan memberikan contoh-contoh
yang lebih luas atau ada kejadia yang seperti itu ditempat lain, kelima berilah
kutipan yang menarik, jangan ambil semua materi wawancara untuk isi tulisan,
keenam, berikan latar belakang darimana awal masalah atau apa perkembangan
sebelumnya karea banyak diantara pembaca adalah yang pertamakali membaca berita
kita, ketujuh, berilah kuliah singkat dega menerangkan sisi ilmiah. Aspek ini
bisa diisi dengan menerangkan UU, peraturan, atau kamus, kedelapan, pastika
antar paragrapf tidak saling menegasikan dan meninggalkan, harus ada
kesinambungan, kesembilan, posisikan kita sebagai pembaca janga sebagai pembuat
berita dan jujur, kesepuluh angka tidak meujukan apa-apa penyebutan angka tidak
menunjukkan makna apapun, kesebelas, menulis pada tataran yang teknis bukan
menulis prinsip-prinsip umum yang nomartif dan semua Koran sama, keduabelas,
pastikan ada maka inti yang akan menghasilkan makna untuk publik yang ingin
disampaikan dalam sebuah berita yang kita buat, ketigabelas, cover all (multi)
sides, bukan both sides. Dalam jurnalisme sebagai pertukaran makna bukan cover
bothsides yang di usung tetapi cover all(multi) sides cover both sides hanya
cocok utuk jurnalisme yang menganut madhab perpindahan pesan atau aliran
transmisi, keempatbelas, baca lagi tulisan yang sudah rampung atau selesai ini
langkah terakhir dan harus dianggap sebgai poin terpentig.
F.
Jurnalisme dan Pertukaran Makna
Berita adalah
tulisa,tayangan, atau siaran tentang fakta dari satu peristiwa atau kejadian
yang dimuat atau disiarkan oleh media massa dengan mengguakan konstruksi 5W+1H.
oleh sebab itu, jika ada tulisan,
tayangan, atau siaran tentang fakta dari satu peristiwa atau kejadian yang
dimuat atau disiarkan oleh media social dengan menggunakan konstruksi 5W+1H ia
buka berita. Prinsip 5W+1H ini berkembang menjadi 6W+1H denga penambahan keenam
What Next. Konstruksi 6W+1Hbiasanya
dilakukan oleh surat kabar dan Koran.
Jurnalisme dan Pertukaran
Makna
Makna terjadi
karena ada tanda ada tiga jenis maka dalam sebuah proses komunikasi. Yaitu,
makna si penutur, makna bagi si pendengar, dan makna yang melekat pada tada itu
sendiri. Makna ketiga merujuk pada sifat yang irherent pada tanda tersebut
sehingga diketahui apakah penggunaan kata dan gagasan tersebut tepat atau
tidak. Makna itu bersifat relasional. Segala sesuatu akan bermakna jika
memiliki hubungan dengan jenis yang dilekatkannya, hubungan tersebut bisa
tersurat atau tersirat. Makna adalah hubunga sosaial yang dibangun oleh sinyal
diantara sang emisor dan reseptor ketika tindakan semik sedang berlangsung.
G.Jurnalisme Interpretatif
Para petinggi
surat kabar kemudian mencari model alternative penulisan untuk menyiasati
perubahan pola berita ini sekaligus menyelamatkan jurnalisme surat kabar.
Sebab, kalau bersaing dalam kecepatan, sudah tentu kalah dengan online,
meskipun pernah ada yang menyiasati dua kali terbit pagi dan siang. Namun, dari
segi biaya operasional sangat besar dan tidak menguntungkan.
Dari
pemikiran itulah muncul jurnalisme interpretative. Sebuah model jurnalistik
yang bebasis penafsiran terhadap fakta yang terdapat dalam sebuah peristiwa,
suatu pengembangan dari sebuah peristiwa. Dibawah ini disajikan contoh model
jurnalisme interpretative dalam kasus dugaan melibatkan ketua SKK Migas Rudi
Rubiandini. Ia menjadi headline Koran tempo, Rabu Agustus 2013. Keempat Koran
nasional tersebut adalah Koran tempo, kora sindo, kompas, dan media Indonesia.
Berita Sebagai Rekontruksi
Realitas
Ada 3 pertimbangan sebuah peristiwa mejadi berita
disurat kabar,yaitu ideologis,politis dan bisnis. Pertimbangan ideologis
terjadi kara fator pemilik atau nilai ilai yag di khayatiya. Pertimbangan
politis berangkat dari kenyataan bahwa pers tidak terrlepas dari kehidupan
politik. Apalagi pers adalah sebagai pilar ke 4 deokrasi.sedangkan kepentinga
bisnis berkaitan pemasukan dari iklan. Ke 3 pertimbangan itu juga berpengaruh
pada sudut pandang berita.
Korupsi dan kekuasaan
Dalam konteks
inilah sesungguhnya teori kekuasaa dan pengetahuan dari Michael foucoult
meemukan kebenaranya. Menurut Foucault power produce knowledge,didefiisikan
sebagai pihak yang berkuasalah yang membuat pengetahuan. Adanya hubungan antara
kekuasaan dan pengetahuna secara langsung menjelaskan representasi dari
hubungan ‘power knowledge’. Knowledge is power mengkontrol tatapan social politik.
Dipihak yang bersebrangan adalah power is knowledge yang bermakna kekuasaan
menumbuhkan pengetahuan.
Korupsi dan Komoditas Berita
Berdasarkan
hasil survey Cirus Surveyors Group dan Indonesia Indikator terdapat missing
point dalam penyerapan aspirasi rakyat oleh partai politik dan media, misalnya
rakyat menginginkan perbaikan atau adanya jalan baru. Media tidak mewacanakan
maslah tersebut. Media lebih memilih memberitakan politik. Dalam kata lain ada
yang tidak nyambung antara benak public dan benak media.
Wacana, Jurnalisme, dan
Pembingkaian
Bahasa merupakan
dari sikap, pikiran, dan gagasan yang dimiliki seorang. Bahasa merupakan tanda
yang merepresentasikan kekuasaan, gaya hidup, cara berpikir dan sebagainya.
Berita atau
gagasan yang dilontarkan dan menjadi perbincangan halayak disebut wacana. Ibnu
Hamad membedakan discourse dalam dua pengertian, pertama discourse yang melihat
bagaimana Bahasa digunakan pada tempatnya untuk memerankan kegiatan aspek
kebahasaan. Yang kedua discourse yang merangkai unsur deengan kecil bersama
unsur non-linguistik untuk memeran kegiatan, pandangan, dan identitas.
Mendefinisikan
wacana dalam dua bentuk. Yakni sebagai rentetan kalimat Yng saling berkaitan. Kedua,
wacana sebagai kesatuan Bahasa yang tertinggi dan terlengkap.
Ada 3
strategi yang digunakan dalam membuat
wacana yaitu, signing, framing, dan priming.
Singning adalah
penggunaan tanda-tanda Bahasa bauk verbal dan non verbal. Framing adalah
pemilihan wacana berdasarkan pemihakan dalam berbagai aspek wacana sedangkan
priming berarti mengatur ruang atau waktu untuk mempbulikasikan wacana
dihadapan khalayak.
H.Jurnalis, Agama dan
pertanggungjawaban
Agama memiliki dua peran mulia,privat dan public. Dibutuhkan
garis pemisah yang tegas dari dua wilayah tersebut. Dimensi keyakinan dan
ritual yang sangat subjektif adalah mutlak milik pribadi. Sedang dimensi
moralitas,interaksi social,dan pengemba ngan masyarakat masuk diwilayah public.
Pertanggung jawaban
Adalah
2 mbahnya jurnalistik,bilkovach,dan tomrosentiels,yang mendeklarasikan element
utama jurnalis adalah pada pencarian kebenran. Ironisnya kebenaran adalah suatu
yang abstrak dan sulit didefinisikan, dan cenderung kontroversial. Kebeneran sangat
subjektif makanya untuk menghidari multi tafsir tentang kebenaran yang
disodorkan,kovach dan rosentiels,menambahkan element ke 2 jurnalistik adalah
loyalitas pertama jurnalisme adalah warga Negara.
Untuk menghindari ketidak jelasan element diatas, covach
dan rosentiels menambahkan element ketiga yang lebih kongkrit,yaitu disiplin
dalam melakukan verivikasi fakta. 3 element yang kemukan diatas merupakan
bagian dari 9 elemen yang dikemukakan oleh rosentiels dan kovach.
Pers pancasila
Menurut pencetus teori pers pancasila,anwar
arifin,teori ini memiliki beberapa ciri khas. Pertama,bersandar dan memiliki falsafa
dasar sebagaimana Negara kita,pancasila. Yang kedua,pers pancasila adalah
jembatan diantara semua teori pers. Ke tiga,perbedaan persoalan pertanggung
jawaban
NARASUMBER ; BUKU KERUNTUHAN JURNALISME KARYA DUDI SABIL ISKANDAR